• header
  • header

Selamat Menempuh Kegiatan Penilaian Sumatif Tengah Semester (PSTS) GENAP Tahun Pel. 2024/2025

Pencarian

Login Member

Username:
Password :

Kontak Kami


SMPN 2 TAMBUN SELATAN

NPSN : 20229763

Jl. Kebon Kelapa No. 128 Tambun Bekasi 17510


[email protected]

TLP : 021-88326407


          

Banner

Statistik


Total Hits : 1605191
Pengunjung : 407856
Hari ini : 46
Hits hari ini : 109
Member Online : 0
IP : 18.97.14.87
Proxy : -
Browser : Opera Mini

ANALISIS CERITA PENDEK “RUMAH YANG TERANG” KARYA AHMAD TOHARI




ANALISIS CERITA PENDEK  “RUMAH YANG TERANG”

KARYA AHMAD TOHARI

Oleh Yeni Rahmawati

 

 

 

Abstrak

Penilitian ini bertujuan untuk  untuk mengetahui unsur pembangun dari cerita pendek yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, berbentuk kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita pendek yang dianalisis tersebut dilihat berdasarkan tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat.

 

Kata Kunci: analisis, cerita pendek

 

Pendahuluan

            Menulis adalah sebuah proses menciptakan suatu catatan, informasi atau cerita menggunakan aksara. Berdasarkan KBBI, menulis adalah mengungkap gagasan, opini dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain itu, menulis juga membuat huruf dengan pena atau pensil, menyampaikan pikiran atau pandangan, mengarang cerita dan menggambarkannya. Karena itu, penulis juga akan dipengaruhi oleh isi hai, suasana hati dan latar belakangnya ketika menulis. Sehingga, penting untuk menentukan genre, gaya bahasa hingga perspektif yang akan disampaikan melalui tulisan. Tarigan (1986:15) menjelaskan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai media penyampaiannya.

            Salah satu karya sastra yang paling banyak digemari adalah cerpen. Menurut Hendy, cerpen merupakan cerita pendek yang ditulis secara singkat dan pendek. Tulisan pada cerpen tidak diceritakan terlalu panjang serta berisi tentang kisah narasi tunngal Cerpen merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai karya kreatif, cerpen harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia dan dengan daya kreativitas pula cerpen diciptakan. Cerpen mampu menjadi wadah penyampaian ide maupun gagasan yang dipikirkan oleh pengarang. Kreativitas tidak berarti pengarang hanya melahirkan pengalaman dalam benuk cerpen, namun pengrang juga harus lebih kreatif untuk memilih unsur-unsur terbaik dari pengalaman hidup manusia.

            penelitian yang dilakukan akan memaparkan hasil analisis cerpen sehingga pembaca lebih mudah memahami isi serta unsur-unsur intrinsik  yang terdapat  dalam  cerpen “Rumah Yang Terang” karya Ahmad Tohari.

 

METODE

            Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Menurut Nawawi (1991: 62) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/ objek artikel (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deksriptif adalah suatu pemecahan masalah yang berusaha menggambarkan kenyataan yang terjadi. Bentuk artikel yang digunakan dalam penelitian adalah artikel kualitatif. Yang dimaksud dengan artikel kualitatif adalah bahwa artikel tersebut menggambarkan suatu keadaan dengan apa adanya tanpa menggunakan angka-angka. Menurut Moleong (2008: 6) “artikel kualitatif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka”. Dalam artikel kualitatif data dinyatakan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian atau pernyataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Sebagaimana karya sastra lainnya, cerpen juga terdiri atas beberapa unsur pembentuk. Cerpen terdiri atas dua unsur pembentuk, yaitu unsur yang berasal dari dalam (unsur intrinsik) dan unsur yang berasal dari luar (ekstrinsik). Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra (cerpen) yang berasal dari dalam karya tersebut. Yang termasuk ke dalam unsur intrinsik cerpen adalah tema, alur, tokoh dan perwatakan, latar, amanat, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Menurut Suroto (1989: 88) sesuatu yang menjadi pokok persoalan atau sesuatu yang menjadi pemikiran dalam sebuah cerita yang disebut tema. Atau dapat dikatakan tema adalah sebuah ide cerita. Tema sangat berhubungan dengan amanat.

Unsur-Unsur Intrinsik Unsur-unsur intrinsik sastra meliputi: tema, alur, suasana, sudut pandang pengisahan, latar, penokohan/perwatakan, (Ngafenan, 1990). Ia berpendapat bahwa tema adalah pokok pembicaraan cerita, pokok persoalan yang mendasari suatu cerita untuk dijabarkan dalam karangan. Penjabaran dapat melalui pengisahan atau dialog para pelaku cerita

            Tema adalah gagasan dasar yang ada dalam sebuah cerita. Saad dalam Ali (1967:118) berpendapat bahwa tema adalah suatu yang menjadi persoalan bagi pengarang di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang, bagaimana ia melihat persoalan itu

            Alur adalah rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat (kausalitas) sehingga membentuk suatu kesatuan. Pengertian alur, Sudjiman (1992:43) berpendapat bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan saksama yang menggerakkan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian.

            Tokoh Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya Menurut Semi (1988:48), tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dan menjadi peran utama dalam karya sastra.

Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya. Tidak hanya menjadi tokoh yang diam, pemain-pemain dalam sebuah prosa memiliki sikap dan peran dalam membentuk cerita. Karena itulah, unsur instrinsik cerpen berupa tokoh dan penokohan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketika menemukan seorang tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kamu akan digiring untuk mengetahui peran dan sikapnya dalam suasana yang hendak dibangun pada cerpen tersebut. Sikap dan peran tersebutlah yang disebut sebagai penokohan, sementara nama-nama dari tiap pemain disebut sebagai tokoh.

            Penokohan watak; perwatakan menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca atau lebih menunjuk pada kualitas pribadi tokoh. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh, sebab pengertian ini mencakup masalah siapa tokoh dalam cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

            Pengertian latar, Yudhiono (1981:35) mengemukakan latar adalah lukisan atau gambaran mengenai ruang atau waktu terjadinya peristiwa. Unsur intrinsik cerpen yang satu ini sering disebut sebagai setting dan mencakup tiga hal di dalamnya, yakni latar waktu, latar tempat, dan latar suasana yang membangun sebuah peristiwa. Pada intinya, latar merupakan gambaran suasana yang terjadi pada sebuah cerita. Latar waktu menggambarkan kapan peristiwa dalam kisah tersebut terjadi. Latar tempat menggambarkan di mana dan lokasi tempat terjadinya peristiwa. Latar Suasana menggambarkan cara peristiwa itu terjadi dan perasaan yang dialami para tokoh.

            Gaya Bahasa dan Penceritaan Dalam sebuah cerpen, kamu akan menemukan banyak kiasan ataupun bahasa yang terkesan lebih lembut atau lebih kasar. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dan ini juga berhubungan dengan penceritaan yang dibangunnya pada sebuah cerpen. Gaya bahasa biasanya berbentuk majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan sebuah kalimat. Ada juga gaya bahasa yang menampilkan makna-makna konotatif untuk memperindah tampilan cerita.Amanat

            Amanat adalah pesan pengarang yang disampaikan kepada pembaca melalui karyanya. Pengertian Amanat Menurut Siswanti [2008:161-162]. Amanat adalah sebuah gagasan yang menjadi dasar karya sastra, yang merupakan pesan yang ingin disampaikan seorang pengarang kepada pendengar atau pembaca.

Hasil Penelitian

Sinopsis

Cerpen “Rumah Yang Terang” karya Ahmad Tohari mengisahkan tentang keadaan sebuah kampung yang kini memiliki penerangan bersumber dari energi listrik. Semua warga sangat senang dan gembira karena kampung mereka kini menjadi terang benderang, namun ada satu orang di kampung tersebut yang enggan untuk memasang lampu sebagai penerangan di rumahnya. Haji Bakhil merupakan ayah dari tokoh aku yang dikisahkan enggan untuk menggunakan lampu sebagai penerangan, sehingga warga di sekitarnya merasa tidak senang dan sering kali melontarkan celotehan tajam kepada Haji Bakhil. Sementara tokoh Aku mengetahui alasan ayahnya tidak mau menggunakan lampu sebagai penerangan, namun sayangnya alasan tersebut tidak bisa disampaikan kepada para warga. Di sisi lain warga terus merasa keberatan dengan keputusan Haji Bakhil, sampai pada akhirnya Haji Bakhil meninggal dunia. Saat itulah tokoh aku menyampaikan kepada warga tentang alasan ayahnya tidak mau menggunakan lampu sebagai penerangan, sampai pada akhirnya pandangan buruk warga terhadap Haji Bakhil pun berubah.

 

Tema

Cerpen Rumah Yang Terang karya Ahmad Tohari memiliki tema tentang pendirian kuat yang dimiliki oleh seorang ayah bernama Haji Bakir yang tidak berkenan menggunakan lampu sebagain alat  penerangan di rumahnya.

            “Ayahku tidak mau pasang listrik. Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terusterusan.”

Alur

Alur yang digunakan penulis dalam cerpen Rumah Yang Terang yaitu menggunakan alur maju, karena peristiwa dalam cerpen dimulai dari awal cerita masuknya listrik ke desa hingga berakhir pada kisah kematian tokoh ayah bernama Haji Bakir.

            “Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang

dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang

membuatnya menggeliat penuh gairah.”

 

“Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt.”

 

Tokoh dan Penokohan

Tokoh aku digambarkan sebagai anak yang patuh kepada ayahnya, sebab tokoh aku tidak melakukan protes terhadap keputusan ayahnya yang menolak melakukan penerangan di sekitar rumahnya dengan lampu, selain itu tokoh aku juga memiliki sifat yang sabar karena marah ketika mendengar celotehan warga terhadap dirinya.

          “Pertama,akulah yang lebih banyak menjadi bulan-bulanan celoteh yang  kian meluas di kampungku. Ini sungguh tidak nyaman.”

           

            “Ketika belum tahu latar belakang sikap ayah, aku sering membujuk. Lho,            kenapa aku dan ayah tidak ikut beramai-ramai bersama orang sekampung         membunuh bulan? Pernah kukatakan, apabila ayah enggan mengeluarkan uang           maka pasal memasang listrik akulah yang menanggung biayanya. Karena kata-       kataku ini ayah tersinggung. Tasbih di tangan ayahyang selalu berdecik tiba-tiba           berhenti.”

 

Tokoh Ayah digambarkan sebagai tokoh yang kuat akan pendiriannya, ia tidak bersedia menggunakan listrik dan lampu sebagai penerang rumah dan jalan disekitar rumahnya, selain itu tokoh ayah juga merupakan tokoh yang sangat bijaksana dan sabra dalam menghadapi celotehan warga di sekitar rumahnya.

            “Sampai sekian lama, rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang listrik.       Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terusterusan.             Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Tapi hasrat mereka tak         mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku. Rumah dua            tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang.

 

Latar

Latar waktu dalam cerpen yaitu pada malam hari.

          “Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang listrik mendekatiku.”

 

Latar tempat dalam cerpen yaitu di kampung dan di rumah tokoh aku. 

“Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa teman-temannya sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah yang terdekat, demikian halnya beton langsing yang menyangga kabel-kabel di depan rumahku itu. 

           

      “Di kampungku, listrik juga membunuh bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengatlistrik hingga mati.”

 

Latar Suasana

Latar suasana yang tergambar dalam cerpen yaitu suasana yang menyedihkan karena tokoh aku dan ayah mendapat celotehan tajam dari para warga. Suasana kesediahan juga tampak pada saat tokoh Ayah meninggal dunia.

“Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji Bakhil. Dia kaya tetapi tak mau pasang listrik. Tentu saja dia kawatir akan keluar banyak duit.”

 

“Ketika ayah sakit, beliau tidak mau dirawat di rumah sakit. Keadaan beliau makin hari makin serius. Tapi beliau bersiteguh tak mau diopname.”

 

“Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang listrik mendekatiku.”

 

Gaya Bahasa

Penulis menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami dalam penulisan cerpen. Penulis juga menggunakan majas dalam penulisannya, majas yang digunakan yaitu majas hiperbola dan majas personifikasi.

“Sudahlah, Nak. Kamu lihat sendiri aku hampir mati. Sepeninggalku nanti kamu bisa secepatnya memasang listrik di rumah ini.”

 

“Di kampungku, listrik juga membunuh bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa kehilangan bulan.”

 

Amanat

Amanat atau pesan yang tersirat dari cerpen Rumah Yang terang Karya Ahmad Tohari yaitu mengajarkan kepada pemaca bahwa kita tidak boleh berprasangka buruk terhaadap orang lain. Kita sebagai manusia harus menghargai keputusan yang telah dipilih oleh orang lain dan tidak  boleh menyimpulkan pandangan sebelum mengetahui kebenaran dan alsan dibalik keputusan tersebut. 

 

Kesimpulan

            Cerpen Rumah Yang Terang karya Ahmad tohari merupakan cerpen yang sangat menarik untuk dibaca oleh semua umur. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen juga sangat baik dan mudah dipahami. Alur cerita dimulai dari awal peristiwa hingga berakhir pada kisah kematian tokoh ayah yang akhirnya merubah pandangan negatif warga terhadap tokoh ayah. Setelah membaca cerpen ini, maka pembaca akan mendapatkan pesan moral yang sangat berguna dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya yaitu mengajarkan kepada kita bahwasannya kita tidak boleh menyimpulkan sesuatu sebelum mengetahui alasan dibaliknya.

 

  

 

 

Daftar Pustaka

 

Lauma, Athar (2017:7) “UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK “PROTES” KARYA PUTU WIJAYA. UNIVERSITAS SAM  RATULANGI, Manado.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jefs/article/viewFile/17053/16590

Hartati, Mesterianti (2017:120) “ANALISIS CERITA PENDEK TUGAS MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA IKIP PGRI PONTIANAK”. Jurnal Edukasi, Vol. 15, No. 1, Juni 2017.

https://docs.google.com/document/u/0/d/1T6Qf2JNMQFEf135mBdXHc_EirBRkisnEs8kdvXdizpg/mobilebasic

https://www.studiobelajar.com/unsur-intrinsik-cerpen/

 

 

 

 

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas